Beliau
lahir dengan nama Abu Al-muqis Al-Husain ibnu Mansur Al- baidlawi pada858 M/244
H di Baida, daerah Fars, Iran. Masa remajanya dihabiskan di kota Tustar,
belajar kepada Sahal ibnu Abdullah At-Tustari, seorang sufi besar di daerah
Tustar. Ia juga berguru pada beberapa guru spiritual seperti, Syekh Abdul
Husain al-Nurim, Syekh Junaid Al-Bagdadi, dan Syekh Amru ibn Usman Al-Makki.
Ketika
berguru pada Al-Makki itulah ia mulai mendapat pemahaman tentang Wahdatul
Wujud,dan sejak itu ia banyak melontarkan ucapan-ucapan yang kontroversial.
Padahal beberapa gurunya sudah berkali-kali melarangnya. Meski dianggap
nyleneh, Al-Hallaj juga berdakwah. Bahkan ia tidak tanggung-tanggung dalam
berdakwah , misalnya berdakwah sambil mengembara, dari Ahwaz, Khurasan,
Turkistan, sampai ke India. Dan hebatnya dimanapun berada ia selalu dielu-elukan karena ilmu
agamanya yang tinggi. Kepiawaiannya inilah yang menjadikannya mempunyai banyak
pengikut yang belakangan disebut kelompok al-Hallajiyah. Mereka memandang Al-Hallaj
sebagai waliyullah yang memiliki kekeramatan.
Dalam beribadah Al-Hallaj sering
mengungkapkan rasa syathahat, yaitu
ungkapan-ungkapan yang terdengar ganjil. Hal itu terjadi ketika ia tenggelam
dalam Fana, suatu tingkatan kerohanian ketika kesadaran tentang segala sesuatu
sirna kecuali hanya kesadaran tentang Allah SWT. Dari sini muncul ungkapan An al-Haq, yang oleh Al-Hllaj
ditafsirkan bahwa ”aku berada di dalam dzat Allah.” Banyak ahli tasawuf menafsirkan ungkapan itu
sebenarnya tidak dimaksudkan bahwa dirinya tuhan. Hal ini tampak dalam sebuah
pernyataannya “ Aku adalah rahasia yang Maha Benar, bukanlah yang Maha Benar
itu Aku. Aku hanyalah satu dari yang benar. Maka bedakanlah antara aku dan
Dia.” Namun karena ungkapan kontroversial ia dihukum mati karena mempertahankan
pendapat dan ajarannya.
No comments:
Post a Comment